Senin, 25 April 2011

Tentang Film "?"

Setelah mendengar dan membaca beragam kontoversi tentang film ini, akhirnya kesampean juga nonton sendiri. Entah semua yang aku dengar berpengaruh atau tidak dalam pemikiranku, tapi aku hanya ingin sekedar menuliskan pendapatku saja sebagai seorang awam yang tak mengerti tentang film, bahkan bukan juga penggemar film.
Secara keseluruhan alur cerita & adegan-adegan dalam film itu cukup bagus dan menghibur, bahkan beberapa adegan cukup membuatku yg memang agak melankolis ini terbawa suasana. misalnya suasana romantis saat surya dan Rika bergandengan sambil mendengarkan lagunya sheila on seven, atau suasana sedih saat surya menjadi santa dan menghibur anak yang sakit, atau saat suami menuk minta cerai, juga ada beberapa adegan lucu yang cukup membuat banyak penonton tertawa, seperti adegan si surya yang menolak diajak makan soto, tapi kemudian minta porsinya ditambah saat akhirnya ia mau. para pemain juga menurutku bermain dengan sangat apik. setiap peran dimainkan oleh pemain dengan cukup total, bahkan beberapa dialog berbahasa jawa pun terdengar enak ditelinga, tidak terlihat kagok diucapkan oleh para pemain yang notabene artis ibukota.
namun dibalik segala kelebihan itu, sebenarnya hati ini tidak rela dan bertanya-tanya (mungkin sesuai judul filmnya ya, hehe). jika ini film tentang toleransi, memang sebagian besar lakon-lakonnya menceritakan toleransi, namun menurutku terlalu ekstrim. yang paling aku tidak sepakat adalah saat surya yang beragama Islam mau berperan sebagai "Yesus" dalam suatu drama perayaan paskah.Walau dikatakan itu hanyalah drama, yang tidak akan merusak iman, namun yang aku lihat dalam film itu, drama tersebut merupakan rangkaian dari perayaan paskah yang menurutku sama saja berperan dalam rangkaian peribadatan tersebut. lalu apa bedanya dengan yang merayakannya? bahkan pemain drama tersebut lebih berperan. kalau toleransi yang digambarkan oleh Pak Tan, yang memiliki restoran Chinese food yang menjual babi dan memiliki karyawan muslimah, namun memisahkan cara dan alat memasak babi dan non babi, aku rasa hal itu cukup bisa dimengerti.
Hal yang membuat aku bertanya-tanya adalah, jika film ini ingin menggambarkan Islam sebagai "rahmatan lil 'aalamiin", lalu mengapa kenyataan yang aku lihat di filmnya justru sebaliknya? beberapa tokoh Islam di film ini digambarkan memiliki akhlak yang kurang baik, seperti mantan ibu kos surya yang sombong dan tidak menunjukkan akhlak Islami dengan menolong Surya yang sedang kesulitan keuangan, tetapi malah mengusirnya dan pamer bahwa kostnya sudah ada mengisi setelah bertemu Surya lagi. Kemudian Sholeh yang digambarkan hanya rajin beribadah & Islami, tetapi cukup labil & emosian. Juga Surya yang terpaksa menerima pekerjaan sebagai aktor "Yesus" yang bertentangan dengan hatinya, seolah-olah kondisinya sangat darurat dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa membuat ia mampu bertahan hidup.
Tapi diatas semua kelebihan dan kekurangannya, aku masih tetap bersyukur masih ada sutradara yang mau membuat film yang cukum "bermutu", yang tidak hanya menjual pornografi dan mistis, karena saat menonton film ini sedih juga melihat judul-judul film lain yang tersanding. sempet terpikir, apakah orang Indonesia sangat menyukai film-film horor & seks macam itu hingga ada beberapa produsen film yang terus-menerus memproduksinya. hiks sedih...
semoga kedepannya semakin banyak produsen dan sutradara yang peduli dan sadar bahwa sedikit banyak kreasinya akan berpengaruh ke anak-anak bangsa yang menontonnya, hingga mereka sadar untuk membuat sesuatu yang "baik" agar berpengaruh "baik" pula. Dan yang sekarang telah berkomitmen untuk membuat film-film bagus, semoga akanterus meningkatkan karyanya menjadi lebih baik lagi. Amiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar