Kamis, 30 September 2010

Gurihnya Bebek Goreng Arundiaz

Setelah sekian lama menahan diri untuk tidak mampir di warung bebek goreng yang terletak di jalan ceger, dekat lapangan futsal itu, karena kami khawatir akan kecewa, akhirnya semalam kami memberanikan diri untuk mencobanya. Aku dan suami kebetulan setelah mencoba bebek goreng lain, yg katanya cabang dari kertasura dan memang enak itu, telah berubah persepsi tentang bebek goreng. Persepsi tentang bebek yang semula adalah alot, kadang hanya tulangnya aja yg besar, dan rasa bumbu yang tidak meresap telah berubah menjadi gurih, enak, empuk, mmm..pokoknya yummy. Alhasil kami pun menjadi ketagihan bebek goreng. Namun untuk mencoba warung bebek goreng yang belum pernah kami dengar testimoninya, atau yang baru, kami selalu pikir-pikir, takut kecewa karena memang dahulu di sebuah kota, kami beberapa kali kecewa dengan masakan bebeknya, padahal harganya lebih mahal daripada ayam goreng.
Begitupun “Bebek Goreng Arun Diaz”, mungkin sudah lebih dari 6 bulan yg lalu kami mengenal namanya, karena setiap kami pulang selalu melewatinya. Bahkan masa promosi di awal2 pembukaannya, warung tersebut menawarkan bebek goreng plus air putih hanya dengan RP 10.000. Tapi entah kenapa kami selalu berprasangka buruk terhadap warung tersebut, mungkin karena kami lihat suasananya selalu sepi juga, makanya kami ga pernah berani untuk mampir.
Tapi tadi malam kami memberanikan diri untuk mencobanya, walaupun ga ada lagi tulisan promosi itu. Suasana pun tampak sepi, hanya beberapa orang pengunjung yg duduk memutari meja-meja kayu segi8 yang ditata di halaman lengkap dengan payung besar yang tersambung ke bagian tengah meja, untuk menaungi para pengunjung.
Saat memesan makanan, kami pun harap-harap cemas, apalagi setelah melihat daftar harganya, “lho kok agak mahal ya, ga terlalu jauh beda dengan yg itu”.
Bebek Goreng (Dada/Paha) Rp 15.000
Ati Ampela Bebek, leher, kepala Rp 6.000
Nasi Putih Rp 2.000
Ayam Goreng Rp 10.000
The manis Rp 2.000
The tawar Rp 1.000
Aqua botol Rp 3.000

Ahkirnya kami memesan Bebek Goreng, Ati Ampela , Segelas The Manis, dan Segelas The Tawar, dan tentunya dua piring nasi. Tak berapa lama menunggu, minuman pun datang, dan tak lama disusul oleh makanannya. Makanan dihidangkan dengan piring anyaman yg dilapisi kertas makan. Nasi, bebek, lalap, dan sambal dalam satu piring. Meskipun tempat itu dilengkapi wastafel lengkap dengan sabun cuci tangannya, tapi kami tetap diberi 2 mangkok air untuk cuci tangan.
Langsung saja kami santap makanan itu, dan surprise…..enak…..bumbu meresap, bebek empuk, sambal korek yang pedas , plus lalapan yang terdiri atas sepotong kemangi dan 2 iris timun, serta nasi yang cukup mengeyangkan itu bener-bener pas di lidah kami. Ga nyesel deh dah nekat mampir, apalagi dengan kualitas yang ga kalah dengan bebek yang sudah terkenal, kami membayar dengan harga yang lebih murah, hanya 28 ribu untuk semua pesanan kami. Wow..mantabs…. Ditambah lagi, ada spanduk besar di warung itu bertuliskan “Tidak memakai penyedap”, wah tambah mantabs aja ni…. Oya setelah membayar, aku sempatkan memuji kalo bebeknya enak, ke kasir yang merangkap penyaji dan penggoreng_sebab pegawainya hanya dua orang_siapa tahu kapan-kapan dapet gratisan hehe…makasih ya Arun Diaz. Oya satu yang kurang mungkin, pelayanan ke pengunjung akan lebih lengkap kalau pengunjung ga perlu mendekat ke lemari kaca untuk memesan, cukup dengan duduk, dan didatangi oleh pelayan yang membawa daftar menu. Sayangnya daftar menu separtinya belum ada. Tapi untuk pelayanan, dah cukup ramah, cepat, dan memuaskan kok….

2 komentar:

  1. Subhanalloh, pengaruh sebuah persepsi memang sangat besar. Jadi lebih baik berprasangka positif ketimbang negatif.

    BalasHapus
  2. Betul Pak..Dalam kasus ini, nyata2 rugi klo berprasangka buruk, harusnya bisa dapet 10ribuan, hehe..

    BalasHapus